Permainan tradisional, sebagaimana pernah saya dapatkan infonya di seminar Kang Zaini Alif, memiliki keistimewaan tersendiri. Selain banyak melibatkan fisik, sehingga bagus bagi pertumbuhan otot dan tulang, permainan tradisional juga memiliki makna filosofis tertentu. Saya sudah pernah menulis tentang hal tersebut di sini.
Nah, ironisnya, saya yang sering mempromosikan tentang bagusnya permainan tradisional, malah kelupaan mengeksekusinya. Hanya satu atau dua jenis saja yang sudah dicoba anak-anak. Kemarin sore, saat langit bersahabat, terbersit ide itu. Ada seplastik karet gelang sisa syukuran nikah adik. Jadilah menguntainya sebagai tali.
Pertama, saya ajarin anak-anak permainan sapintrong (lompat tali). Tidak mudah, walau memang menantang. Karena khawatir putus asa akhirnya dicoba lompat tinggi terlebih dulu. Saya sempat terkejut sejenak. Sesuatu yang belum pernah dialami ternyata memang akan terasa sulit pada awalnya. Meski saya menganggap permainan itu sederhana dan mudah, anak-anak butuh perjuangan cukup lama untuk bisa memainkannya.
Satu hal yang juga membuat saya merenung, permainan ini ternyata menuntut konsentrasi, supaya pemain bisa fokus untuk menjangkau tali dan melewatinya. Selain itu, butuh keberanian juga untuk melompat. Saat rasa takut lebih besar, kaki tak bisa sama sekali menjangkau tali. Luar biasa! Nampaknya permainan ini perlu sering-sering dimainkan anak-anak. Saya merasa, akan sangat besar manfaatnya bagi fisik mereka dan juga mental.