Sebelum internet berkembang pesat seperti saat ini, alat yang kami pikir sangat hebat itu tetaplah buku sebagai juaranya. Kami kenalkan buku kepada anak-anak sejak mereka masih sangat kecil. Dimulai kepada kakak, ketika dia masih berumur 2 tahun dan kemudian adiknya.
Papa adalah mata dan suara pertama yang mengantarkan isi buku buat kakak. Dimulai dengan daya tahan kakak menyimak 1-2 menit, Papa membacakan buku cerita setiap hari. Semakin hari, daya tahan kakak menyimak buku makin bertambah, menjadi lima menit, 10 menit, dan kemudian bisa lebih dari 30 menit setelah dia makin besar.
Orang tua dulu bilang, buku adalah jendela ilmu. Harus saya akui memang hal itu benar adanya. Melalui bukulah anak-anak mengenal kosakata baru, sebagai tombol untuk penasaran mengetahui lebih mendalam tentang segala sesuatu.
Ketika anak-anak sudah akrab dengan buku, maka buku menjadi teman keseharian yang memberi hiburan sekaligus pengetahuan dan pemahaman.
Bacakanlah Buku Setiap Hari
Membacakan buku kepada anak-anak yang masih usia batita sangat memengaruhi pemahaman mereka terhadap bacaan saat mereka sudah bisa membaca sendiri. Bisa jadi, itulah nilai plus yang lambat bisa dicapai jika anak-anak hanya diajari teknis membaca namun tidak dibiasakan untuk membaca.
Kosakata baru yang ada di dalam buku ibarat tautan di internet yang membuat anak-anak penasaran untuk menjelajah lebih jauh. Tak heran jika kemudian kita akan mendengar banyak pertanyaan dari mereka gara-gara membaca buku.
Rasa ingin tahu itulah yang menjadi modal agar anak-anak menyukai belajar dan selalu aktif berpikir. Bagi para praktisi homeschooling, merawat rasa ingin tahu ini adalah keharusan, karena tanpa semangat mencari tahu, semangat menggali pengetahuan secara internal di dalam diri anak, maka proses belajar akan mandeg dan menimbulkan rasa frustrasi pada orang tua.
Peran Buku Setelah Ada Internet
Saat ini, ketika internet menjadi sangat mudah diakses melalui gawai, apakah peran buku bisa digantikan? Saya pikir tidak. Buku tetap memiliki tempat khusus yang penting untuk dikenalkan kepada anak. Selain memberi suasana yang lebih tenang, buku dapat menjadi alat untuk mengikat hubungan emosional orang tua dengan anak-anaknya.