Menimbang semua itu, saya memutuskan untuk mencarikan guru bagi anak-anak, sesuai bidang studi yang ditekuninya, bukan guru berilmu tanggung seperti kami (orang tuanya) :D. Sempat juga memilih opsi ikut bimbel di kelas. Tapi ternyata, jumlah anak dalam satu kelas bimbel itu terlalu banyak. Saya pikir, hal itu akan membuat rentang perhatian guru terlalu menyebar dan anak-anak juga menjadi kurang berkonsentrasi. Karena itulah, saya memilih untuk membentuk grup kecil dan mencari guru untuk memandu mereka. Belajar bersama teman biasanya menambah semangat, namun tetap harus dibatasi dalam jumlah sedikit agar konsentrasinya tidak buyar.
Berhubung di Tanjungsari tidak ada teman sesama homeschooler, kami kembali mengekspor diri ke Bandung mencari teman belajar dan belajar bersama di ruang publik yang ada di sana.
Alhamdulillah, tanggal 10 Agustus sudah dimulai materi pertama, yaitu kimia. Anak-anak dibagi menjadi kelompok SMP dan SMU. Saat ini baru ada masing-masing dua anak untuk setiap grup. Saya usahakan ada maksimal 4 anak dalam setiap grup agar ada proses diskusi, namun juga tidak terlalu banyak untuk menghindari terjadinya “gagal fokus” 😀
Semoga ke depan, sesi belajar untuk materi lain, yaitu fisika, matematika, dan biologi juga akan segera berjalan. Belajar memang bisa dari siapa saja, termasuk dari seorang guru yang kompeten di bidangnya, dan belajar juga bisa dilakukan di mana saja, termasuk di taman ^_^. Happy homeschooling!