Kakak sepupu bapa saya seorang petani. Saat ketemu, beliau cerita, “Uwak mah subuh-subuh tos beres masak. Jam 7 tos aya di sawah atau di kebon. Sami we jiga orang ngantor. Ngan uwak mah teu dugi ka sore. Jam 12-an tos hanjat, mulang.”
Terjemahan: “Uwak tuh, subuh udah beres memasak dan sarapan. Jam 7 sudah ada di sawah atau di kebun. Sama aja kayak orang ngantor. Cuma nggak sampai sore. Jam 12 udah siap-siap pulang”
Dari cara beliau bercerita dan ekspresi wajahnya, saya melihat sinar kegembiraan dan kebahagiaan. Secara fisik beliau juga nampak sehat di usia hampir 60-an. Dan soal manajemen waktu, saya rasa, saya perlu belajar dari beliau. Menjadi freelancer bukan berarti free tanpa penataan jadwal, supaya waktu benar-benar terpakai secara efektif.
Pelajaran bisa diperoleh dari siapapun. Karena itulah mungkin perlu terus ditanamkan dalam hati yang terdalam, selalulah berusaha menghargai, jangan biasakan untuk meremehkan orang, apapun profesinya, apapun agamanya, apapun rasnya, berapapun usianya, seperti apapun fisiknya, apapun status sosialnya. Karena bisa jadi, melalui mereka Allah memberikan petunjuk dan hikmah.