Pelajaran Akademik
Pelajaran akademik formal mulai kami kenalkan saat anak-anak memasuki usia 9 tahun. Jumlahnya belum terlalu banyak dan tidak semua pelajaran. Belajarnya hanya sekitar 30 menit saja sehari. Meski dengan jadwal yang kadang tidak kami tepati, sedikit demi sedikit anak-anak mulai akrab dengan model pembahasan materi sekolah.
Kehadiran web belajar seperti zenius.net lumayan membantu anak-anak untuk memperoleh tambahan pemahaman. Namun setara dengan frekuensinya yang sedikit itu, tidak semua materi pelajaran akademik formal tergali dengan baik. Hal itu terlihat saat anak-anak mengikuti ujian kesetaraan SD. Nilainya biasa-biasa saja, tidak jelek meski juga tidak sangat bagus.
Setelah lulus SD dan memasuki jenjang SMP, si kakak mulai meminta belajar dengan guru. Belajar online di zenius rupanya tidak sepenuhnya membuat ia nyaman. Salah satu penyebabnya, karena ia tidak bisa bertanya ketika tidak mengerti. selain itu, saya menduga, ia juga butuh interaksi supaya tidak jenuh saat belajar. Selama Azkia menempuh fase SMP, kami mendatangkan satu orang guru untuk pelajaran eksakta, yaitu untuk mengajar kimia dan matematika. Adapun fisika, masih bisa mengandalkan zenius dan bertanya kepada papanya. Dan untuk pelajaran lain yang bersifat hapalan, Azkia biasa membaca sendiri buku paket, dengan sesekali bertanya kepada kami. Alhamdulillah Azkia lulus ujian kesetaraan SMP tahun 2017.
Sekarang, ketika Luqman sudah SMP dan Azkia SMA, kami pun mendapat permintaan baru, kedua-duanya siap belajar keluar, tidak privat di rumah. Awalnya, kami mencoba mengumpulkan kawan-kawan homeschooler yang anaknya sebaya untuk belajar bareng dengan mendatangkan guru. Kami mengalah untuk datang ke Bandung dari Tanjungsari setiap kali jadwal belajar berlangsung. Akan tetapi, ternyata tidak terlalu banyak yang berminat dengan pola itu. Kelas belajar bersama itu hanya berlangsung 3-4 bulan dan hanya diikuti oleh 2 anak, termasuk anak-anak kami. Mengingat anggaran menjadi terlalu besar jika kami ke Bandung dan harus menyewa ruangan, akhirnya kami putuskan untuk mencari lembaga bimbingan belajar dengan kelas kecil di sekitar tempat tinggal kami.
Jika sebelumnya kami agak perfeksionis dalam memilih, pada kesempatan ini kami coba turunkan standarnya. Alhamdulillah, kami temukan dua lembaga sebagai pilihan. Setelah kami minta anak-anak untuk memilih dan berunding, mereka belajar di dua lembaga berbeda. Dan seperti biasa, kami tetap memberi kelonggaran kepada mereka untuk mencoba terlebih dulu sebelum betul-betul memutuskan untuk terus belajar. Selain karena ada fasilitas trial dari kedua lembaga itu, hal itu juga untuk melatih dan menguji keseriusan mereka.
Setelah 1-2 mingggu kegiatan belajar berlangsung, mereka rupanya betah. Sekarang sudah hampir 4 bulan anak-anak rutin belajar di lembaga bimbel. Jadwal Azkia mungkin yang paling padat. Ia bisa punya jadwal 4-5 kali dalam seminggu, masing-masing sekitar 2-4 jam sehari. Konsepnya kelas, namun juga ada sesi semi privat karena Azkia tidak bisa ikut kelas pada hari Sabtu. Setiap sabtu agenda anak-anak berpusat di Bandung untuk latihan bela diri dan programming.
Luqman, yang dulu tidak terlalu suka belajar akademik dengan cara konvensional, apalagi duduk lesehan, kini menemukan guru yang asyik. Ia sedang merasakan sebuah pencerahan, karena menurutnya, pelajaran yang dulu susah ia pahami, sekarang menjadi sangat gampang setelah belajar bersama guru barunya. Ia hanya belajar dua kali dalam seminggu, untuk 2 materi pelajaran, yaitu matematika dan IPA.
Hal baru yang mungkin sangat menggembirakan bagi anak-anak setelah ikut bimbel, adalah bisa pergi naik angkot sendiri ^_^. Hal itu menjadi semacam impian aktualisasi diri yang menjadi nyata. Intinya adalah hasrat untuk mandiri.