Salah satu kendala anak-anak homeschool adalah langkanya komunitas homogen yang lokasinya berdekatan. Hal itu kadang-kadang memicu rasa sendirian dan kesepian.
Hal itu akan terasa semakin parah ketika kita berpikir bahwa menjadi homeschooler seolah menjadi makhluk aneh. Menjadi homeschooler berarti harus pasang pagar dari dunia luar. Padahal selain perbedaan cara belajar, menjadi homeschooler tidak perlu menjadikan kita berubah menjadi makhluk lain. Kita tetap makhluk sosial yang bisa bersosialisasi dengan siapapun jika dibutuhkan.
Keberadaan support group hanya sebagai pelengkap untuk saling menguatkan dan menginspirasi, bukan menjadi “lembaga” tandingan sekolah.
Spirit homeschool selain menjadi pembelajar mandiri adalah juga menjadi seorang “sosialis” mandiri. Dalam arti, homeschooler memiliki kemerdekaan sekaligus kepiawaian bergaul sesuai dengan parameter masing-masing.
Dalam ruang lingkup yang lebih lebar lagi, spirit homeschool adalah menjajaki dan menikmati proses. Jika makanan yang lazim saat ini adalah makanan instan, maka seorang homeschooler bisa melihat nilai berharga justru dalam proses pembuatannya. Jika bahan pangan bisa siap beli di pasar, maka homeschooler justru menganggap proses menanamnya sebagai sesuatu yang lebih berharga.
Mengapa homeschooler akan cenderung ke arah eksplorasi proses? Karena pada dasarnya, di dalam proses itulah anak-anak belajar. Itulah media mereka melihat hubungan sebab-akibat secara langsung.
Kembali ke masalah komunitas heterogen. Homeschooler, di manapun berada, semestinya justru berusaha menghapus sekat-sekat dan kesan-kesan eksklusif di tengah masyarakat.
Homeschooler, yang pada dasarnya telah menjadi seorang visioner saat memilih untuk homeschool, kiranya juga bisa merintis pendirian komunitas belajar di tengah lingkungan terdekat dan menjadikan itu sebagai wadah sosialisasi dan perbaikan lingkungan.
Ketika homeschooler selalu bergantung pada kehadiran komunitas homogen, maka selamanya, paradigma homeschooling akan terus berputar dalam lingkaran itu.
Dan, tanpa harus meramalkan terlalu jauh, secara psikologis, kita dan anak-anak pada akhirnya tidak merdeka lagi. Bermaksud ingin keluar dari terminologi sekolah yang bersekat dan rumit, namun akhirnya masuk ke ruang terbatas lainnya yang bernama homeschool.
Andai bukan karena ada orang bertanya di mana anak-anak sekolah, saya lebih suka tak pernah bilang bahwa anak-anak kami adalah homeschooler.