Pedagang ubi gendong langganan kami, bercerita tentang anaknya yang sudah SMA, ingin bekerja sambil sekolah. Ia meminta pendapat saya tentang hal itu atau lebih tepatnya meminta gagasan. Saya bilang, “Suruh datang saja ke perpustakaan, siapa tahu nanti ada ide yang bisa dikerjakan.”
Sesudah Si Bibi Ubi pulang, pikiran melayang, apa yang kira-kira cocok untuk anak itu, yang tidak mengganggu sekolahnya, tapi bisa mendatangkan uang. Ide paling standar yang terpikir adalah memberikan keterampilan untuk membuat sesuatu yang bisa dijual. Tapi beberapa saat kemudian, saya ketawa sendiri.
Lagi-lagi, frame tentang mencari uang sering bermuara ke ide produksi semacam itu. Padahal jika targetnya adalah income, tidak selalu harus memproduksi sendiri. Bukankah hampir semua income datang dari penjualan dan kemampuan menjual, baik penjualan barang maupun jasa. Sekalipun punya barang bagus, jika tak dijual, potensi pendapatan tak bisa dijamin datang.
Selain itu, tanpa kemampuan menjual, kegiatan produksi bisa saja malah membuat si anak menjadi putus asa dan waktunya banyak tersita untuk membuat produk. Bahaya. Semangat belajar di sekolah bisa-bisa menurun drastis. Sementara, ia anak satu-satunya, harapan sang ibu, yang bertahun-tahun telah berjuang sebagai “single parent”. Itu sebenarnya bayangan negatif yang belum tentu terjadi. Tapi jika bisa dicegah, mengapa tidak. 😀
Sehabis melakukan perenungan itu, ide-ide lain perlahan datang. Mudah-mudahan terpilih yang paling tepat, atau ada yang mau menyumbang ide juga, Teman? 🙂