Kemarin kami memangkas pohon nangka. Karakter batang nangka yang liat dan kebetulan lurus, rupanya memunculkan ide di pikiran Si bujang. Ia minta izin untuk menjadikannya bahan pembuat busur. Soalnya, selama ini, kalau berlatih panahan, ia masih pakai busur pinjaman, sementara jika beli, harus menabung dulu.
Entah akan sampai tahap mana jadinya. Yang pasti, denting suara perkakas yang ribut menunjukkan ia bersemangat. Sambil “memanggul” kayu setengah jadi, sesekali ia masuk ke rumah, ke depan laptop, untuk melihat model busur di internet. Serius bener! Emaknya cuma bisa bilang, “Hati-hati, De”.