Suatu hari, Si Kakak lapor, “Mah, beras udah mau habis.”
Karena sudah setengah enam sore, saya bergegas ngambil dompet, mau ke warung. Takut warungnya keburu tutup. Baru saja saya pakai sandal, Si Ade, nanya, “Mama mau ke mana?”
“Ke warung. Beli beras.”
“Ade aja yang beli. Berapa kilo?”
“Mmm, ade bisa gitu? Bawa beras lho ini mah. Berat,” saya ragu. Kalau sekadar belanja barang-barang ringan sih sudah biasa. Ntar saya malah dianggap membebani anak he he.
“Iya dong. Ade kan udah kuat. Emang berapa kilo?”
Karena menimbang kemampuan, saya bilang, “Ya udah enam kilo aja. Bisa?”
“Iya bisa.” Nada suaranya yakin plus plus ^_^.
Sekitar sepuluh menit kemudian Si Ade datang. Saya lihat dia menjinjing kresek beras dengan rada kepayahan. “Waah, beneran bisa ternyata,” saya komentari positif dong ya.
“Disimpen di mana nih?” tanya dia
“Tuh, kasihin ke petugas pemasak nasi.”
“Mana sini?” teriak si Kakak.
Lalu apa hubungannya dengan judul di atas?
Sekarang kan sedang ramai berita tentang “Skip Challenge”. Apa itu skip challenge? Silakan gogling ya ^_^. Saya berpendapat, hal itu tak lepas dari hasrat anak-anak untuk terlihat naik level. Nggak bisa dianggap remeh juga ternyata, perasaan itu.
Keinginan Si Ade untuk mengambil alih “tugas” belanja beras adalah salah satu contohnya. Jika sebelumnya saya tidak mengizinkan itu, karena banyak pertimbangan, ada saatnya level kepercayaan saya kepadanya ternyata harus dinaikkan, karena ia sudah menunjukkan tanda-tanda kesiapan. Jika tidak, saya telah melakukan “skip challenge” juga kepada anak saya, dan dampaknya mungkin baru kelihatan bertahun-bertahun kemudian.
Bisa dikatakan, fenomena permainan “skip challenge” di kalangan anak SMU saat ini menyadarkan saya, bahwa saat anak makin besar, dan haus untuk merasa lebih mampu dan berharga, saya perlu peka, kapan ia siap diberi next challenge secara bertahap. Mudah-mudahan rasa mampu dan berharga di tengah keluarga memberi mereka bekal dalam memilih mana challenge yang berguna dari berupa-rupa challenge lain yang kelak mungkin mereka temui di luaran sana. Amin.