Tidak sia-sia, berangkat setengah tiga pagi dan pulang pukul 11 malam. Pengalaman pertama ikut home tournament, walau hanya lingkup Bandung & Jabodetabek, memberi kesan tersendiri bagi anak-anak.
Luqman turun di tiga kategori pertandingan: bhesi (kategori kungfu/wushu tradisonal) perseorangan putera usia di bawah 12 tahun, bhesi beregu putra, dan chang chen (kategori wushu tangan kosong kelompok usia di bawah 12 tahun). Ia meraih 1 medali emas dari nomor perseorangan dan 1 perak dari nomor bhesi beregu, sementara dari nomor chang chen, ia belum sampai mendapat medali. Namun ada kisah menarik dari kekutsertaannya dalam nomor tersebut. Kami harus hargai usaha kerasnya.
Sementara itu, Si Kakak turun di dua nomor pertandingan, yaitu pembukaan kungfu dan duillian (seni fighting tradisional). Alhamdulillah, bersama satu temannya ia mendapat 1 medali emas dari nomor duillian.
Bukan hanya soal medali, salah satu yang memicu anak-anak antusias ikut turnamen ini adalah buku yang sedang mereka tulis bareng. Mengalami bagaimana rasanya ikut turnamen menurut si kakak akan membuat ia punya bahan yang banyak untuk menggambarkan dengan baik bagaimana situasi turnamen itu dalam bukunya.
1,5 bulan anak-anak berlatih lebih keras. Kalau semula mereka hanya pergi latihan sekali dalam seminggu, demi mengasah kemampuan, latihan ditambah jadi 2 kali seminggu sesuai jadwal. Capek? Jelas iya, termasuk yang nganternya 😀 . Tapi kalau nggak mau capek tentu tidak adil jika mengharap hasil yang memuaskan. Ada banyak pelajaran dari turnamen. Insya Allah, kapan sempat akan saya ceritakan di blog ini. 😀