Bersumberkan buku “50 Hari Menjadi Ilmuwan” karya Bapak Muzi Marpaung kami melakukan satu percobaan dengan ragi. Selama ini saya sendiri tidak terlalu mencari tahu, dari apakah ragi dibuat, dan apa sebenarnya esensi ragi itu. Pokoknya, ragi biasa dipakai untuk mengembangkan adonan roti, donat, atau bakpau, dan bahan campuran pembentuk tape. Lewat percobaan ini dibuktikan bahwa ragi ternyata mengandung “makhluk hidup”.
Berdasarkan informasi hasil browsing, “Ragi biasanya mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi. Mikroorganisme yang digunakan di dalam ragi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi (khamir dan kapang) (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ragi)
Bagaimana proses percobaannya?
1. Masukkan ke dalam botol kosong 1 sendok makan ragi dan 1 sendok makan gula pasir. Gunakan corong untuk mempermudah pekerjaan.
(CATATAN: Gula adalah makanan bagi mikroorganisme yang ada di dalam ragi)
2. Tuangkan ke dalam botol tersebut air hangat (bukan air panas) sampai setengah botol terisi. Guncangkan botol supaya air, gula, dan ragi tercampur.
(CATATAN: Suhu yang hangat adalah kondisi ideal bagi mikroorganisme dalam ragi untuk tumbuh, sedangkan air yang terlalu panas akan menyebabkan mikroorganisme menjadi mati)
3. Pasang balon pada mulut botol, sehingga udara dari dalam botol terhambat oleh balon. Lalu diamkan sampai beberapa menit.
(Ragi dalam botol, jika suhu air tepat, akan tumbuh berkembang dengan izin Allah. Mereka mengeluarkan karbondioksida, dan gas tersebut tertampung di dalam balon.)
Setelah kurang lebih 15-20 menit, anak saya yang awalnya juga tidak percaya dengan hasil yang akan terjadi, tiba-tiba memekik, “Lihat Ma, balonnya!”.
Balon mulai terisi gas. Mulanya balon hanya terkulai, kemudian berubah menjadi tegak dan menggembung. Sayangnya, saya tidak memotret kondisi balon di saat pertama dipasangkan ke botol. Pada percobaan berikutnya mungkin bisa disusulkan fotonya 🙂
Jadilah Sang Ragi itu meniup balon 🙂