Knowledge is not a power, knowledge is a potential power
(Anonim, celotehan suami saya yang entah didapat dari mana 😀 )
Saya berterima kasih sangat kepada para ahli pendidikan dan pengasuhan anak yang telah menyusun pemikiran dan temuan-temuan mereka dalam sebuah buku. Meski pengetahuan mereka didapat secara berserak, namun melalui buku semuanya menjadi lebih sistematis.
Saya merasa sangat terbantu untuk memahami topik-topik yang selama ini masih membingungkan. Akan tetapi, teori-teori yang kita serap dari berbagai sumber, ternyata tidak begitu saja mampu menyelesaikan masalah dalam tataran praktis. Kita butuh langkah kedua yang tak kalah menantang, yaitu “nyebur aja!”, praktik, dan hadapilah semua tantangan yang ada di dalamnya dengan keteguhan sekaligus kegembiraan.
Sebanyak apapun pengetahuan yang sudah kita serap, ia akan mandul ketika tidak kita praktikkan. Tentang hal ini, saya selalu ingat hadist Nabi saw yang sangat terkenal, “Amalan yang sedikit tapi terus-menerus lebih disukai Allah dibandingkan amalan yang banyak namun dilakukan sekali-sekali.”
Homeschooling sering nampak indah jika dilihat dari kejauhan. Fleksibilitas waktu belajar, metode mengajar, dan lain sebagainya. Padahal dalam kenyataan, ketika tujuan homeschool adalah demi memberikan pengalaman belajar yang lebih berkualitas bagi anak, maka orang tua perlu berkorban lebih banyak. P
Betul bahwa setiap orang tua bisa memilih model pengasuhan dan pendidikan yang santai, namun semakin saya jalani pilihan ini, faktanya saya, pikiran saya, tidak bisa santai. Semakin anak-anak menjadi besar, semakin rasanya waktu terus mendesak saya untuk segera menutup bagian-bagian yang kurang dari diri mereka.
Siapa sih orang tua yang tidak berharap, kualitas anak-anak mencapai taraf memadai saat mencapai usia baligh. Bukan hanya usia mereka yang dewasa, namun juga sikap hidup, pengetahuan, dan keterampilan mereka sudah cukup matang untuk berhelat dalam kehidupan ini.
Nyebur menjadi orang tua homeschooler sudah terlanjur saya pilih. Jihad terbesar saya ke depan adalah “berenang” bersama anak-anak hingga kelak mereka mampu berenang sendiri tanpa bantuan saya.