Umbi bawang putih ini disemai dalam waktu yang sama, namun hasilnya: ada yang tumbuh lebih cepat, ada juga juga yang lambat, dan bahkan sangat lambat.
Satu hal yang menarik. Terhadap beberapa siung umbi yang nampak belum tumbuh, awalnya akan saya lakukan aksi pembuangan. Namun setelah saya periksa, ia ternyata telah berakar. Hanya saja, daunnya memang belum keluar.
Menunggu kemampuan anak-anak berkembang pun saya pikir tak jauh beda. Tak semua anak menunjukkan kecepatan yang sama di semua sisi. Karena itu, jika ia nampak lambat, maka menambah limit waktu menjadi perlu. Tak selalu harus menggunakan ukuran kecepatan umum atau orang lain. Kecepatan setiap anak yang berbeda justru bagian dari dinamika pengasuhan. Hal itu juga jadi alat uji bagi orang tua, seberapa mampu ia bersabar dengan tetap berikhtiar.
Ketika ada beberapa orang tua berkata, alangkah baiknya memakai “kaca mata kuda” saja. Bisa jadi hal itu ada benarnya. Maksudnya, agar orang tua tidak gampang tergoda. Menggegas anak mampu ini dan itu, tanpa mengukur kadar kemampuan mereka, membuat ayah-ibu tanpa sadar malah jadi “penyiksa”. Dan semakin tak bermakna semuanya, jika tujuan orang tua hanya mengejar mereka yang tlah berlari.