Meski saya menyukai topik tentang tumbuhan, tidak demikian dengan anak-anak saya. Tapi dalam pelajaran akademik, topik tentang hal itu tetap harus mereka hadapi dan kunyah. Di situlah saya merasa, ketertarikan saya (sebagai guru/fasilitator anak saya dalam HS) terhadap tumbuhan menjadi berguna. Karena meski anak-anak tak menggandrungi tema itu, tetap ada yang bisa didiskusikan lewat konteks, lewat kasus yang bersinggungan, lewat tanaman yang ada di pekarangan 😀
Adapun topik akademik lainnya? Berbagi tugas dengan bapaknya, dengan CD, dengan buku, dengan tempat kursus, internet, atau, giliran saya yang harus belajar “mengunyah” dulu apa yang bagi saya tidak menarik. Jadilah “score” anak dan ortu (guru)= Seri. Kita semua belajar, dan memang perlu belajar, tak hanya yang disukai, namun kadang-kadang yang statusnya “penting”, walau rasa pentingnya baru akan dirasakan belakangan.
#homeschooling, bagi saya tidak mudah, tapi terlanjur nyebur. Terpaksalah kami belajar “berenang” dengan gaya apapun yang mungkin. :D. Dan saya bersyukur, tetangga-tetangga kami, keluarga besar kami, tidak mempermasalahkan pilihan kami, tidak mengomentari negatif pilihan kami, tetap baik dan ramah, dan tetap mengijinkan anak-anaknya bermain dengan anak-anak kami. Membaur tanpa sekat SEKOLAH vs HS. Alhamdulillah, alhamdulillah. Kami harus syukuri hal tersebut, karena sebelumnya kami sempat lupa bahwa itu pun merupakan nikmat dari Allah SWT. Setidaknya kami merasa, dalam hal ini kami merdeka.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-70